ASEM
ASEM
(Asia Europe Meeting) atau biasa disebut dengan Pertemuan Asia Eropa. ASEM
merupakan forum yang dibentuk untuk membicarakan permasalahan- permasalahan
yang memperlibatkan Negara- Negara Eropa dan Asia. Forum ini membahas tentang
berbagai hal tanpa batasan, namun selama ini forum tersebut hanya membicarakan
aspek ekonomi, politik, strategi pertahanan, pendidikan, dan lingkungan hidup.
Asem
didirikan pada bulan Oktober tahun1994 di Paris. Ide pembentukan ASEM pertama
kali disampaikan oleh Perdana Menteri Singapura yaitu Goh Chock Tong (selaku
ketua ASEAN) pada Perdana Menteri Prancis yaitu Eduard Balladour. Pada waktu
itu, dalam pikiran Goh Chock Tong terdapat tiga kekuatan ekonomi dunia yakni
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. Kerjasama antara Uni Eropa dengan Amerika
Serikat sudah digalang melalui pertemuan G-7. Kerjasama antara Amerika Serikat
dengan Asia sudah dibentuk melalui APEC, sedangkan kerjasama antara Uni Eropa
dengan Asia belum terwadahi secara baik. Oleh karena itu perlu dibentuk wadah
kerjasama antara mereka, dengan membentuk suatu konferensi tingkat tinggi Asia
Eropa agar hubungan antara Asia dan Eropa semakin kuat.
ASEM
adalah bentuk kerangka kerjasama antar 2 regionalisme yaitu antara Uni Eropa
dan 10 negara Asia Timur. Kerangka awal dari kerja sama ini telah dibuat pada
tahun 1996 dimana pada awalnya mempunyai tujuan untuk mempererat hubungan
diantara Uni Eropa dengan Asia itu sendiri. Kerjasama ini diharapkan menjadi
sebuah langkah awal bagi perkembangan dari sejarah panjang hubungan antara
Eropa dan Asia, dan juga untuk perkembangan sistem global dalam konteks
hubungan internasional.
Awalnya,
terdapat dari kalangan Uni Eropa seperti Jerman yang menolak ide Goh Chock Tong
tersebut. Namun karena tekanan berbagai pihak, akhirnya Uni Eropa sepakat
dengan gagasan pembentukan ASEM. Ada tiga alasan mengapa akhirnya mereka
menyetujui hal tersebut yaitu pertama
karena kemajuan ekonomi Asia. Jepang berhasil membangun kembali perekonomiannya
hanya dalam waktu sekitar 20 tahun setelah hancur akibat perang dunia II.
Bahkan sejak awal dekade 1970, Jepang berhasil menyaingi produk Amerika Serikat
(Negara maju yang banyak memberikan bantuan terhadap pemulihan ekonomi negeri
matahari tersebut). Amerika Serikat menderita defisit perdagangan dengan Jepang
sejak itu. Dalam pertengahan dekade 1970, muncul Negara industri baru dari
Asia, yang sering disebut dengan Newly
Industrialized Countries atau NICs, seperti Korea Selatan, Singapura,
Taiwan, Hong Kong. Tidak lama kemudian muncul The New Tigers of Asia, seperti Malaysia, Thailand, Indonesia,
Filipina, dan Republik Rakyat China (RRC).
Bagi
Uni Eropa menjalin kerjasama dengan Asia yang berkembang ekonominya tentu
sangat menguntungkan. Kedua, khawatir
akan perkembangan APEC. Keseriusan Presiden Clinton dari Amerika Serikat untuk
bekerjasama dengan Asia melalui APEC membuat Uni Eropa khawatir. Terdapat
kecemasan di kalangan Uni Eropa bahwa kerjasama APEC yang semakin kuat akan
menjadikannya semakin tertutup bagi produk bukan anggota serta memperkecil
kesempatan berdagang dengan Asia. Apalagi KTT Bogor 1992 menyepakati Negara
maju dalam APEC akan selesai menghilangkan rintangan perdagangan tahun 2010,
sedangkan Negara yang sedang berkembang selesai tahun 2020. Kekhawatira akan
perkembangan kerjasama dalam APEC mendorong Uni Eropa untuk segera mendekati
Asia.
Ketiga, penyusunan
strategi baru. Sadar akan ketertinggalannya dari Amerika Serikat maka Uni Eropa
menyusun strategi baru untuk bekerjasama dengan Asia. Pada tahun 1994, Uni
Eropa berhasil menyusun Towards a New
Asia Strategy. Dalam strategi tersebut, Uni Eropa mengutip laporan World
Bank bahwa ekonomi Asia akan tumbuh pesat. Diperkirakan 1 miliar penduduk Asia
memiliki daya beli yang semakin kuat, dan 400 juta di antaranya berpenghasilan
menyamai bahkan melebihi penghasilan masyarakat Eropa dan Amerika.
Bagi
Singapura dan Negara- Negara lainnya memiliki alasan mengapa mereka setuju
dengan ide pembentukan ASEM yaitu diantaranya karena pertimbangan ekonomis.
Pada waktu ide pembentukan ASEM dilontarkan untuk pertama kalinya Uni Eropa
beranggotakan 15 negara dan sebagian besar di antaranya Negara maju. Waktu itu
diperkirakan kontribusi Uni Eropa sebesar 20% dari total perdagangan dunia.
Bagi Asia meningkatkan kerjasama dengan Uni Eropa berarti akan memperbesar volume
perdagangan. Alasan lainnya yakni dikarenakan ada kekhawatiran semakin
tertutupnya Uni Eropa. Dengan semakin terintregasinya anggota dalam Uni Eropa,
Asia khawatir dengan semakin kecilnya kesempatan untuk mengekspor komoditas ke
sana. Ada kekhawatiran di antara Negara Asia bahwa Uni Eropa semakin inward looking dalam perdagangan.
Sedangkan alasan lainnya yaitu karena pertimbangan politis. Uni Eropa yang
beranggotakan 15 negara dan sebagian besar adalah Negara maju, akan memainkan
peranan yang semakin penting dalam percaturan politik global, apalagi mereka
memiliki kebijakan bersama dalam bidang politik luar negeri dan keamanan. Dua
anggota Uni Eropa yaitu Inggris dan Perancis yang menjadi anggota tetap DK PBB
dan memiliki hak veto tentu akan memperkuat posisi politiknya. Dengan demikian
bagi Asia menjalin kerjasama dengan Uni Eropa tentu akan bisa mengambil
manfaat.
Pada
waktu ASEM didirikan, para penandatanganan sepakat bahwa salah satu tujuan
pembentukan ASEM yakni untuk mencari jalan kerjasama baru bagi Negara Asia dan
Eropa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, mereka setuju bahwa kerjasama melalui
ASEM hendaknya bersifat informal, longgar, tidak mengikat, dan tidak
dimaksudkan untuk menghasilkan perjanjian, traktat ataupun kontrak yang baru.
Terdapat
asumsi yang menyebutkan bahwa ASEM dapat menjadi sebuah faktor yang bisa
menjadi good thing bagi perkembangan
global. Hal ini dibuktikan dengan ASEM yang memiliki potensi untuk mengubah
konsep kerjasama antar 2 regional untuk dapat menjadi kerjasama secara global.
Namun dalam realitas internasional, pengembangan hubungan harmonis Asia dan
Eropa yang dijalankan dan dibangun oleh ASEM, mendapat tantangan yaitu konsep
kerjasama pengembangan dari fungsi utilitas multilateral yang dapat menimbulkan
banyak perbedaan dan bisa menjadi pemisah antara kedua belah pihak.
Pada
dasarnya, hampir semua kerangka kerjasama antar regional seperti ASEM ini
mempunyai potensi utilitas multilateral. Multilateral utilitas secara umum
dapat diartikan sebagai konstribusi proaktif kerangka kerja. Kerangka kerja
tersebut dapat memelihara stabilitas, perdamaian, kemakmuran dan persamaan di
sistem global dalam persekutuan dengan institusi multilateral yang terkait.
Kerangka
kerja antar regional ASEM muncul didalam sebuah konteks yaitu global tripolar.
Global tripolar adalah sebuah bentuk dikotomi dimana terdapat 3 pilar utama
yang penting dalam dunia internasional yaitu Amerika, Asia, dan Eropa.
Tiga
tujuan utama dari ASEM yakni :
1) Untuk
mempererat hubungan inter regional antara Asia Timur dan Uni Eropa.
2) Menjadi
fasilitator sosialisasi antara masyarakat Eropa dan Asia Timur. Sehingga bisa
menjadi pondasi hubungan dua region yang erat dan bertahan lama.
3) Tujuan
utama ASEM adalah membangun fungsi dan potensi utilitas multilateral.
Indikator- indikator dalam
keberhasilan ASEM dapat terlihat dari beberapa aspek yaitu ekonomi, sosila, dan
budaya. Secara ekonomis hubungan Uni Eropa dengan 13 negara Asia anggota ASEM
mengalami peningkatan untuk kurun waktu 1995 (satu tahun sebelum ASEM
didirikan) sampai 2004.
Tetapi ASEM juga masih mempunyai
kekurangan sebagai organisasi inter regionalism. Sampai tahun kesepuluh setelah
pembentukannya, ASEM belum mempunyai sekretariat.
MANILA FRAMEWORK GROUP
Manila Framework Group, 1997, 14 Negara ( Bank Sentral dan
Departemen Keuangan ) Dibentuk pada pertengahan 1997 setelah krisis di beberapa
Negara di Asia pertemuan dilakukan 2 kali setahun. Yang dihadiri oleh pejabat
departemen keuangan dan Bank Sentral Negara anggotanya di tambah wakil dari
IMF, WB, BIS, dan ADB. Tujuannya menyediakan forum untuk mendiskusikan isu –
isu yang mempengaruhi stabilitas keuangan di kawasan ini. Seperti Rapat
Kelompok Manila Kerangka keempat yang diadakan di Melbourne dalam pertemuan
rutin ini Keuangan & Bank Central deputi berunding dalam menanggapi krisis
Asia. Tujuannya adalah untuk mengembangkan strategi regional untuk mengatasi
krisis berdasarkan ditingkatkan pengawasan dan penguatan kapasitas IMF untuk
menanggapi krisis. Ini adalah beberapa 18 bulan sejak pertemuan pertama Manila
Kerangka Group, dan Manila Framework Group terus bekerja dalam bayangan krisis
Asia. Namun kemajuan telah dicapai, dan Kelompok ini telah membuat masukan
penting dalam mengelola krisis. Pada November 1997, itu mengatur kerangka kerja
untuk lapis kedua, pembiayaan bilateral dengan ekonomi krisis, dan meletakkan
dasar untuk melanjutkan pengawasan ekonomi regional dan kerjasama. Ini
merekomendasikan langkah-langkah untuk memperkuat kapasitas IMF untuk
memobilisasi bantuan cepat dalam krisis dan langkah-langkah ini diletakkan di
tempat dalam bentuk Fasilitas Tambahan Cadangan Dana. Tapi pekerjaan Manila
Framework Group jauh dari selesai dan percaya bisa memasuki periode kritis dalam
hal memastikan bahwa momentum untuk reformasi keuangan internasional
dipertahankan. Ini adalah tantangan yang dihadapi masyarakat internasional dan
kelompok ini dapat memainkan peran penting dalam menjaga momentum reformasi.
Manila Framework Group telah diwakili di sini empat belas ekonomi;
tiga dari G-7 ekonomi; Cina; semua ekonomi regional utama serius terpengaruh
oleh krisis; pusat-pusat keuangan regional Hong Kong SAR, Singapura dan
Australia; dan perwakilan senior IMF. Manila Framework Group memiliki kelompok
perwakilan idealnya ditingkatkan untuk diskusi intensif dan dialog yang tulus.
Adalah penting bahwa memaksimalkan kesempatan memiliki lebih dari dua hari
berikutnya. Kebutuhan untuk mempertahankan momentum untuk reformasi merupakan
masalah besar dan akan mengejar ketika menghadiri Rapat Komite Interim dari IMF
di Washington pada bulan April dan pertemuan para Menteri Keuangan APEC pada
bulan Mei. Manila Framework Group akan meneruskan ke pertemuan-pertemuan hasil
dari pertemuan tersebut.
Dalam bekerja menuju sistem keuangan internasional membaik, ada beberapa
faktor penting yang akan mengidentifikasi.
• Pentingnya suara regional yang efektif - dan di sini pertemuan
Manila Kerangka Grup dapat memberikan kontribusi besar.
• Kebutuhan untuk belajar dari krisis, terutama dalam hal
pengoperasian program IMF, dan untuk merancang proses yang lebih baik dari
manajemen krisis.
• Kebutuhan untuk "jaminan di" sektor swasta untuk mencegah
atau mengelola krisis.
• Kebutuhan untuk pengawasan yang lebih baik dari investor
internasional yang sangat leveraged, seperti hedge fund, dan
• Kebutuhan peningkatan transparansi dan pengawasan ekonomi
regional.
Isu-isu ini akan dibahas dalam beberapa hari ke depan. Masalah yang
akan mengangkat di Komite Interim IMF dan pertemuan para Menteri Keuangan APEC
akan membuat beberapa komentar, Tapi satu elemen ingin keluar tunggal khususnya
adalah masalah peningkatan transparansi. Dengan peningkatan transparansi dilihat
situasi di mana tujuan dari kebijakan, dan kerangka hukum, kelembagaan dan
ekonomi untuk kebijakan itu, dijelaskan dengan jelas dan di mana keputusan
kebijakan dan alasan bagi mereka dijelaskan kepada publik dengan cara yang
tepat. penekanannya pada transparansi dan pengawasan karena, dalam krisis
ekonomi sebanyak di penyakit, satu ons pencegahan bernilai satu pon pengobatan.
transparansi yang lebih baik menawarkan kontribusi penting untuk pencegahan
krisis, dengan identifikasi tepat waktu muncul kebijakan atau kerapuhan
kelembagaan, dan dengan membantu koreksi lancar dan tepat waktu dari mereka.
Apalagi jika menggunakan transparansi kebijakan yang lebih baik dan
tolak ukur dari 'praktik terbaik' internasional dalam proses pengawasan, kita
memiliki kesempatan yang lebih baik menjaga momentum reformasi dan pengembangan
dalam negeri politik 'kepemilikan' dari reformasi yang diperlukan. Banyak yang
telah dikatakan di forum internasional tentang perlunya peningkatan
transparansi, tapi tindak lanjut sering hilang. Untuk bergerak di luar retorika
dan memberikan langkah konkret menuju memajukan peningkatan transparansi.
Seperti kontribusi nyata penting oleh Australia terhadap menjaga momentum
reformasi. Mempertahankan momentum untuk reformasi Satu atau dua tahun
berikutnya adalah periode kunci ketika harus sepenuhnya menerapkan pelajaran
dari krisis Asia, dan dengan demikian kembali ke kuat, pertumbuhan regional
yang stabil dan mengurangi risiko krisis di masa depan. kesempatan bahwa harus
mengambil, itu jauh dari kepastian. Memang, sesuai periode di wake krisis
sebelumnya harus mengingatkan kita resiko yang sangat nyata dari kehilangan
momentum pada tahap kritis dari proses reformasi. Di kedalaman setiap krisis
ekonomi, reformasi domestik muncul sering memiliki tangan atas. lembaga tua dan
cara pemerintah dan bisnis telah terbukti telah gagal. Orang asing yang
meminjamkan dan berinvestasi terlalu bebas dalam lingkungan yang risikonya
mereka tidak sepenuhnya mengerti telah 'terbakar', dan penarikan atau
konsolidasi modal mereka memperkuat dorongan domestik untuk reformasi. Dan aspek
yang tidak sempurna dari arsitektur keuangan internasional yang memberikan
kontribusi terhadap krisis diidentifikasi dan lambatnya proses reformasi sistem
internasional dimulai. Tapi seperti pemulihan ekonomi dimulai, momentum untuk
melanjutkan reformasi dapat dimulai dari :
• kepentingan domestik kembali menegaskan diri mereka sendiri untuk
menghentikan atau memperlambat reformasi nasional terlambat. Dan dalam
menghadapi sulit, pekerjaan lambat pembangunan lembaga, 'reformasi kelelahan'
dapat diatur dalam;
• pemberi pinjaman internasional dan investor dengan cepat
melupakan pelajaran dari pinjaman yang berlebihan di masa lalu, dan mulai lagi
untuk menanggung praktek kebijakan domestik yang buruk; dan
• kepentingan Vested di sektor keuangan internasional, yang
mendapatkan manfaat dari berbagi komunitas internasional dari risiko mereka
(tapi bukan dari keuntungan mereka), menolak evolusi diperlukan dalam
arsitektur keuangan internasional. Jadi seperti yang saya telah menyebutkan,
tantangan utama bagi kelompok ini adalah: bagaimana kita menjaga momentum untuk
perubahan selama periode kritis ini?Dalam dunia luar pelaku pasar dapat lebih
gelisah dengan apa yang mereka tidak tahu, tapi tersangka, daripada apa yang
mereka tahu.
Bahkan di mana ada kekurangan jangka pendek dalam beberapa
kebijakan atau institusi, pelaku pasar dapat diyakinkan oleh pengakuan jujur
dari perlunya reformasi, dan pernyataan yang jelas dari waktu, proses dan
titik akhir dari reformasi.
Sebaliknya, hal itu dapat berisiko untuk berharap bahwa kebijakan
atau institusi masalah tidak akan diperhatikan sebelum mereka dapat dengan
tenang diperbaiki oleh proses yang tidak terbatas dan swasta.
Itu adalah kursus sangat berbahaya sekali pasar telah menjadi
selaras dengan bidang yang menjadi perhatian seperti kerapuhan sektor keuangan
atau tata kelola perusahaan yang lemah. Lebih baik, sejauh ini, untuk mengakui
masalah dan menunjukkan tekad untuk memperbaikinya.
Dalam pengalaman Australia, merupakan bagian penting dari
kepentingan pelaporan transparansi adalah disiplin yang berasal dari persiapan
laporan. Tujuannya adalah untuk tidak mengisi 'lulus atau gagal' checklist
untuk 'satu ukuran cocok untuk semua' kebijakan. Hal ini untuk berpikir tentang
prinsip-prinsip yang terkandung dalam 'praktik terbaik', dan menerapkannya
dalam situasi budaya dan kelembagaan sendiri melalui kebijakan yang dengan
demikian memperoleh kepemilikan domestik dan dukungan.
Ketika semua dikatakan dan dilakukan, mungkin beberapa negara masih
akan enggan untuk berpartisipasi dalam transparansi pelaporan dan pengawasan
ditingkatkan. Tapi apakah pemerintah ingin memeluk pelaporan transparansi atau
tidak, pasar akan semakin menggunakan transparansi posisi suatu negara
kebijakan dan lembaga-lembaga ekonomi, dan sesuai kebijakan negara itu dengan
'praktik terbaik' internasional, dalam membentuk penilaian atas keberlanjutan
kebijakan dan kinerja.
Ekonomi lebih menggunakan beberapa bentuk pelaporan transparansi,
para pelaku pasar lebih akan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di negara-negara
yang tidak. rasa ingin tahu berbalas seperti kemungkinan akan datang pada
peningkatan biaya untuk negara-negara dengan kebijakan yang kurang transparan,
dalam hal premi pinjaman yang lebih tinggi dan investasi kurang asing.
EMEAP
EMEAP
(Executives Meeting of East Asia-Pasific) adalah organisasi bank sentral di lingkup
Asia Timur dan Pasifik. Yang memiliki tujuan untuk memperkuat kerjasama antar
anggota - anggotanya. EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific) didirikan
pada tahun 1991 yang anggotanya terdiri dari bank sentral dari 11 negara,
yaitu:
1.
Reserve Bank of Australia
2.
People’s Bank China
3.
Hong Kong Monetary Authority
4.
Bank Indonesia
5.
Bank of Japan
6.
Bank of Korea
7.
Bank Negara Malaysia
8.
Reserve Bank of New Zealand
9.
Bangko Sentral ng Pilipinas
10. Monetary Authority of Singapore
11. Bank of Thailand
Setiap
tahunnya EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific) mengadakan pertemuan
untuk pertukaran informasi, diskusi ide tentang ekonomi dan keuangan di kawasan
setiap anggota dan membahas berbagai isu dan upaya kerjasama yang terkait
dengan tugas bank sentral dan otoritas moneter, termasuk membahas upaya untuk
mengembangkan pasar keuangan di kawasan Asia. Para gubernur memberikaaaaan
pandangan-pandangan mereka atas ketidakpasttian yang tengah terjadi di
perekonomian global dan menyampaikan optimismenya atas ketahanan perekonomian
negara-negara
Pada
tahun 1996, struktur kegiatan EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific)
diperkuat, karena meningkatnya ketergantungan ekonomi pada setiap anggotanya. Hal
tersebut dituangkan dalam rapat gubernur yang dilaksanakan oleh Bank of Japan
di Tokyo pada 19 Juli 1996 yang menghasilkan keputusan:
1.
Mengadakan
rapat gubernur setahun sekali
2.
Membangun
2 kelompok kerja dan 1 kelompok studi untuk melakukan studi tentang fungsi
utama bank sentral
Di
tahun 2003 tepatnya pada tanggal 3 Juli 2013, EMEAP (Executives Meeting of East
Asia-Pasific) telah mengumumkan peluncuran Asian Bond Fund (ABF I) yang
menandai langkah penting kerjasama regional dalam pengembangan pasar obligasi. Asian
Bond Fund (ABF I) adalah suatu bentuk investment pool yang dananya
berasal dari cadangan devisa resmi bank-bank sentral dari 11 negara anggota
EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific). Total dana awal yang terkumpul
adalah sebesar USD 100 Miliyar yang terbagi dalam 10 juta unit atau nilai per
unit sebesar USD 100. Untuk pengelolaan dana tersebut anggota EMEAP (Executives
Meeting of East Asia-Pasific) menunjuk BIS untuk bertindak sebagai fund
manager secara passive management style sesuai investment
guidelines dan rambu – rambu yang telah disepakati oleh anggota EMEAP (Executives
Meeting of East Asia-Pasific).
Pada
Desember 2004, EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific) kembali
mencanangkan peluncuran Asian Bond Fund (ABF II). Asian Bond Fund (ABF II) ini
mengumpulkan dana awal dari anggota EMEAP sejumlah US$ 2 Miliar. Dalam Asian
Bond Fund (ABF II) ini fund manager yang terpilih untuk mengelola ABF
Indonesia Bond Index Fund adalah PT. Bahana TWC Invesment Management dengan
HSBC sebagai bank kustodian. HSBC terpilih menjadi bank custodian bagi ke-9
fund dalam ABF II.
Selama satu
dekade terakhir ini, EMEAP (Executives
Meeting of East Asia-Pasific) terus menerus melakukan ulasan atau
uji pada tujuan dan kegiatannya untuk menjamin kerja dari setiap anggota EMEAP (Executives
Meeting of East Asia-Pasific) secara konsisten agar tujuan keseluruhan untuk
membangun kerjasama regional yang lebih besar dapat terwujud. Dalam hal ini
adanya komite moneter dan stabilitas keuangan yang didirikan pada tahun 2007
bertugas untuk meningkatkan makro – monitoring dan manajemen krisis mekanisme
EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific).
Kegiatan
EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific) terbagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu:
1.
Rapat
gubernur
2.
Rapat
deputi, komite moneter, dan stabilitas keuangan
3.
Rapat
pertemuan working group
The IT
Director’s Meeting (ITDM) adalah Pertemuan Working Group yang dimulai sejak
tahun 2001 untuk mempelajari segala permasalahan – permasalahan yang terkait
Teknologi Informasi dan aplikasinya untuk Bank – Bank Sentral anggota. EMEAP
dan ITDM secara regular menyelenggarakan dua (2) kegiatan tahunan yaitu
Pertemuan dan Workshop. Salah satunya adalah kegiatan Workshop The IT
Director’s Meeting (ITDM) yang dieselenggarakan sekali dalam setahun. Kegiatan ini diikuti
oleh seluruh IT Directors dari Bank Sentral dan Otoritas Moneter di wilayah
Asia Timur dan Pasifik, dalam rangka tukar menukar pengalaman serta pengetahuan
mengenai permasalahan Teknologi Informasi.
Pada periode
2010-2012 Bank Indonesia menjadi ketua
EMEAP (Executives Meeting of East Asia-Pasific) Bank Sentral. Selama masa
kepemimpinannya Bank Indonesia mengaku telah memiliki mekanisme dan prosedur yang canggih untuk mengamankan system
pembayaran nasional saat terjadi situasi darurat, seperti bencana alam.
Indonesia sendiri pernah mengalami banjir besar di tahun 2007 begitu pula
Thailand, yang ekonominya dilumpuhkan banjir sekian lama hingga
membuat sistem pembayaran nasionalnya terganggu, tapi bisa cepat pulih. Menurut
Ronald Waas selaku Deputi Gubernur pada saat itu mengemukakan bahwa urusan
teknologi pembayaran sangatlah penting terutama belajar dari pengalaman negara –
negara yang sistem pembayarannya terkena gangguan bencana alam. Selain itu
perlu diadakan peningkatan pengaman teknologi informasi terutama untuk
menghadapi pembajakan jaringan komputer atau hacker.
Kelompok 3
- M. Hadi Triono
- M. Irvan Adi P
- Yofilatun Nikmah
- Yolanda Agnes O
- Yoshida Lola Tama
- Zulfa Zumrotun N